A. Teori tentang
ketidaksesuaian antara kehendak dan pernyataan
Pada saat terjadinya suatu perjanjian, awalnya terjadi
persesuaian antara pernyataan dan kehendak antara pihak yang memberikan
penawaran dengan pihak yang menerima penawaran. Namun ada juga yang tidak
terjadi persesuaian antara kehendak dan pernyataan. Ada 3 teori tentang
ketidaksesuaian antara kehendak dan pernyataan yaitu :
1. Teori Kehendak (Wilstheorie)
Yang menyebabkan terjadinya perjanjian adalah kehendak para
pihak. Perjanjian mengikat, kalau kedua kehendak saling bertemu dan perjanjian
mengikat atas dasar bahwa kehendak para pihak patut dihormati. Jadi teori
kehendak mempunyai prinsip jika suatu perjanjian yang tidak didasarkan atas
suatu kehendak yang benar maka bisa dikatakan tidak sah. Ada konsekuensi dari
diberlakukannya teori kehendak tersebut, yaitu :
· Kalau ada orang
yang memberikan pernyataan yang tidak sesuai dengan kehendaknya, bisa dikatakan
bahwa pernyataan tersebut tidak mengikat pada dirinya.
· Perjanjian
tidak muncul atas dasar pernyataan yang tidak dikehendaki. Tetapi supaya suatu
pernyataan itu mengikat, maka harus didasari oleh suatu kehendak.
Adapun masalah-masalah dari teori kehendak tersebut, antara
lain:
· Sulit untuk
membuktikan bahwa adanya suatu kekeliruan, jika suatu kehendak berbeda atau
keliru dengan apa yang dikatakan.
· Beban
pembuktian ada pada pihak yang menuntut pembatalan perjanjian tersebut.
Walaupun demikian, pernyataan kehendak ini tetap harus ada.
Untuk adanya kesepakatan, tetap harus ada pernyataan yang saling bertemu.
Selain itu, kehendak dan pernyataan kehendak harus ada hubungannya, hanya saja
yang utama adalah kehendaknya. Contohnya seperti pembelian tanah. Jika
seseorang ingin membeli tanah, maka harus ada pertemuan antara penjual dan
orang tersebut, agar terjadinya kesepakatan harga antara sang penjual dan
pembeli.
2. Teori Kepercayaan (Vertrouwenstheorie)
Teori kepercayaan digunakan untuk mengatasi kelemahan pada
teori pernyataan. Teori kepercayaan adalah suatu kemauan atau keinginan
seseorang yang bertumpu pada suatu hal yang mengikat dimana kita memiliki
keyakinan padanya. Oleh karena itu teori ini dapat disebut juga sebagai teori
pernyataan yang dipermudah. Menurut teori ini, tidak semua pernyataan
melahirkan perjanjian. Melahirkan perjanjian apabila pernyataan tersebut secara
objektif dapat dipercaya, secara objek itu berarti nantinya dapat dilihat
dengan nyata. Contohnya seperti meminjam uang ke bank konvensional untuk modal
usaha dan pihak bank menyetujui.
3. Teori Pernyataan (Verklaringstheorie)
Menurut teori pernyataan, pembentukan kehendak ini terjadi dalam bidang kejiwaan seseorang. Sehingga pihak lawan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terdapat dalam pikiran seseorang. Dengan demikian suatu kehendak yang tidak dapat dikenali oleh pihak lain tidak mungkin menjadi dasar dari terbentuknya perjanjian. Teori pernyataan lahir sebagai jawaban atas kelemahan teori kehendak. Tetapi teori ini juga memiliki kelemahan yaitu, teori peryataan hanya berfokus pada pernyataan dan tidak memerhatikan kehendak seseorang. Kemungkinan terdapat potensi kerugian yang terjadi apabila tidak terdapat kesesuaian antara kehendak dan pernyataan. Contohnya seperti seseorang menjual motor dengan harga pasarannya adalah Rp. 20.000.000,- namun karena sesuatu hal dia menuliskan angka Rp. 2.000.000,- pada penawarannya. Apabila kita berfokus pada teori pernyataan, maka penjual akan mengalami kerugian yang sangat besar karena kesalahan penulisan tersebut.
Menurut teori pernyataan, pembentukan kehendak ini terjadi dalam bidang kejiwaan seseorang. Sehingga pihak lawan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terdapat dalam pikiran seseorang. Dengan demikian suatu kehendak yang tidak dapat dikenali oleh pihak lain tidak mungkin menjadi dasar dari terbentuknya perjanjian. Teori pernyataan lahir sebagai jawaban atas kelemahan teori kehendak. Tetapi teori ini juga memiliki kelemahan yaitu, teori peryataan hanya berfokus pada pernyataan dan tidak memerhatikan kehendak seseorang. Kemungkinan terdapat potensi kerugian yang terjadi apabila tidak terdapat kesesuaian antara kehendak dan pernyataan. Contohnya seperti seseorang menjual motor dengan harga pasarannya adalah Rp. 20.000.000,- namun karena sesuatu hal dia menuliskan angka Rp. 2.000.000,- pada penawarannya. Apabila kita berfokus pada teori pernyataan, maka penjual akan mengalami kerugian yang sangat besar karena kesalahan penulisan tersebut.